Lawan terberat timnas Dota 2 di IESF langsung mereka temui di semi final upper bracket. Setelah melewati pertarungan panjang selama lebih dari dua jam, timnas Indoneisa dipaksa mengakui kekalahan.
Indonesia dan Filipina diyakini sebagai dua kandidat terkuat juara, tak heran jika pertarungan keduanya sangat menarik perhatian publik.
Duel ini juga berlangsung sangat sengit, sampai-sampai harus diselesaikan melalui game ketiga.
Alasan timnas Indonesia gagal raih kemenangan kontra Filipina
Kedua tim silih berganti mengamankan kemenangan dan membuat pertandingan berlanjut ke game penentuan. Selama di bawah tekanan Filipina, timnas Dota 2 Indonesia tetap bermain apik, bahkan mereka hampir melakukan comeback di team-fight terakhir.
Menurut pelatih timnas, gagal mendapatkan momentum di fase mid game jadi faktor besar dalam kekalahan yang baru ditelan anak asuhnya.
“Timnas Indonesia gagal melakukan pemilihan waktu yang tepat. Draft kami dirancang khusus untuk menang cepat, jika gagal menang di mid game dan membiarkan pertandingan berlanjut ke tahap late game, kami bakal kesusahan,” terang Aville, pelatih timnas Dota 2 Indonesia.
Indonesia memang mengeluarkan draft unik yang memiliki peluang besar menang di tahap mid game jika mendapatkan momentum. Draft itu sendiri merupakan hasil masukan dari pemain saat di lapangan.
“Untuk urusan draft, kami sudah menyiapkan strategi pick hero dalam dua pemilihan pertama. Sedangkan untuk pick ketiga dan seterusnya, para pemain selalu memberikan masukan tentang hero apa yang cocok dipilih, seperti Razor di game ketiga tadi,” ungkap Aville.
- Bertabur bintang! Inilah roster Dota 2 timnas Indonesia IESF WEC 2022
- Xepher gabung BOOM Esports: “Mama, aku INDOPRIDE!”
Peluang juara timnas Dota 2 Indonesia
Meski baru menelan kekalahan, nada optimis tetap terdengar dari pelatih berusia 30 tahun. Ia yakin timnya hanya perlu waktu untuk membentuk chemistry.
“Kita sudah memantau semua tim. Untuk pertandingan melawan Makedonia Utara nanti, kami akan lebih siap. Filipina itu tim yang solid karena mereka berlima datang dari satu tim yang sama, sedangkan timnas Indonesia adalah tim yang baru terbentuk dan masih membutuhkan waktu untuk menjalin chemistry,” tegasnya.
Selain itu, ada alasan lain mengapa Aville begitu optimis dalam mengarungi turnamen Dota 2 IESF WEC 2022. Ia menyadari jika timnas Indonesia merupakan yang terbaik jika dinilai secara individu.
“Di IESF WEC 2022, Indonesia dan Filipina merupakan dua tim dengan kans juara paling besar. Oleh karena itu, kami ingin membalaskan dendam pada mereka di grand final nanti, sekaligus memberikan gelar untuk Indonesia,” jelas Aville.
Ikuti kanal resmi ONE Esports Indonesia di Instagram, Facebook dan TikTok untuk mendapatkan berita, panduan, dan highlight Dota 2 lainnya.
BACA JUGA: Terlalu OP! Lima hero paling diperebutkan di DPC SEA 2021/2022