Seiring dengan perayaan Hari Kartini, ONE Esports Indonesia menggelar wawancara eksklusif dengan Angela Tan, tim manajer Genflix Aerowolf.
Dunia esports berkembang begitu pesat di Indonesia sehingga dewasa ini melihat perempuan berkarier di dunia game menjadi sebuah hal yang lumrah.
Berbagai peran dikuasai oleh perempuan-perempuan di Indonesia mulai sebagai pemain, pelatih, manajer bahkan pendiri dan pemilik klub.
Seiring dengan perayaan Hari Kartini, ONE Esports Indonesia berbincang bersama Angela Tan, manajer Genflix Aerowolf, salah satu tim papan atas di scene Mobile Legends: Bang Bang Indonesia.
“Saya mulai terlibat di esports ketika menggeluti Dota 2 pada 2015, bahkan menjadi pemain pro game tersebut,” buka Angela.
“Sayangnya pada akhir 2016 scene Dota 2 wanita di Indonesia tidak berkembang sehingga saya mempelajari hal lain seperti menjadi manajer tim LoL, streamer, bahkan caster. Hal itu saya lakukan secara paruh waktu karena masih kuliah.”
“Baru pada 2018, karena saya juga senang memainkan PUBG, saya mengambil pekerjaan penuh sebagai manajer PUBG Aerowolf.”
- Pencapaian Genflix Aerowolf tetap membanggakan
- Hadapi Genflix Aerowolf, EVOS Legends dinyatakan langgar aturan
Angela kemudian berkisah jika tugasnya sebagai manajer tim cukup menantang mengingat dia harus berhadapan dengan pemain-pemain yang usianya masih muda, sehingga terkadang lebih terasa berperan sebagai kakak atau bahkan ibu di dalam tim.
“Tugas manajer seperti menjadi Kakak? Mungkin lebih tepatnya jadi emak mereka ya. Terutama di dunia mobile, pemainnya masih sangat muda seperti 16, 17 tahun,” lanjutnya tergelak.
“Kita jadi seperti orang tua mereka, karena selain harus mempersiapkan hal-hal spesifik sebelum turnamen seperti mengatur jadwal sehari-hari dan menyusun jadwal scrim kita juga harus mendidik mereka terkait kedisiplinan dan attitude seorang pemain pro.”
“Mereka ini masih sangat muda sehingga terkadang hasil pertandingan sangat mempengaruhi mental. Saat kalah, mereka larut dalam kekecewaan sementara ketika menang menjadi terlalu percaya diri. Itu yang sering kita ingatkan. Jika kalah mereka harus bangkit, sementara ketika menang harus tetap membumi.”
Angela mengakhiri perbincangan dengan menyuntikkan semangat untuk perempuan-perempuan lainnya yang ingin berkecimpung di dunia esports.
“Kejar dan wujudkan impianmu. Kalau memang benar-benar hobi dan passion-nya di esports kenapa tidak? Perempuan itu lebih fleksibel di esports, bisa jadi host, mc, manajer tim, streamer sampai pemain pro.”
“Mungkin nanti godaannya adalah popularitas dan uang yang bisa menggoyahkan tujuan kita sebenarnya. Misalnya untuk pemain pro, kalau sudah berprestasi dan menghasilkan uang, mereka bisa saja kehilangan fokus hingga menurunkan performa.”
“Jangan terlalu cepat puas, jangan terbuai,” tandasnya.
Kiprah Aerowolf di MPL Indonesia Season 5 terbilang luar biasa, sempat terpuruk di paruh pertama musim hingga jadi penghuni papan bawah klasemen, mereka berhasil bangkit di sisa babak reguler untuk memastikan diri lolos ke playoff.
Sayangnya, petualangan sang Rising Wolf harus terhenti di tangan juara bertahan Evos Legends melalui sebuah pertarungan yang sengit.
BACA JUGA: Hero-hero yang dipandang sebelah mata di MPL