Anda bisa benar-benar berpenghasilan melimpah hanya dengan duduk manis memainkan gim komputer.

Industri esports telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, dan para pemain menuai keuntungan dari peningkatan tersebut.

Sebagai contoh, para pemain di League of Legends [LoL] Championship Series [LCS], yang mendapatkan gaji tahunan rata-rata US$300 ribu. Demikian menurut komisioner LCS dan manajer senior Riot Games Chris Greeley di acara GamesBeat Summit tahun ini di Los Angeles, California.

Nominal tersebut terasa mustahil didapat ketika LCS pertama kali digelar pada 2013. Namun, ketika LCS berubah menjadi liga franchise pada 2018, dengan masing-masing tim membayar US$10 juta ke Riot Games sebagai ongkos waralaba untuk berpartisipasi, gaji tinggi mulai menjadi satu hal yang bisa diperoleh.

Angka yang sama kembali terungkap pada Februari tahun lalu, ketika manajer umum OpTic Gaming’s LoL Romain Bigeard memberitahu pada LiquidLegends bahwa rata-rata gaji pemain di LCS mencapai US$320 ribu.

Angka gaji resmi bagi para pemain di esports sebetulnya cenderung lebih sering dirahasiakan, tapi pendapatan bagi para pemain LCS yang mencuat belakangan tentu menggambarkan betapa tebalnya kocek mereka.

Sebagai perbandingan, sebelum musim perdana Overwatch League pada 2018, OWL mengumumkan bahwa gaji minimum bagi para pemain yang bersaing di tahun pertama adalah US$50 ribu.

Namun, website Korea, Daily eSports, kemudian membeberkan bahwa rata-rata sebenarnya antara US$80 ribu sampai US$120 ribu untuk setiap pemain.

Perekrutan paling fenomenal saat itu adalah remaja 17 tahun Jay ‘sinatraa’ Won, yang meneken kontrak untuk San Francisco Shock senilai US$150 ribu, sebagaimana diwartakan ESPN.

Namun, fakta di atas di masa kini seperti tidak ada artinya bila melihat perubahan besar yang didapat superstar di LoL, SK Telecom T1 midlaner Lee “Faker” Sang-hyeok, yang bersaing di LOL’s South Korean League, League of Legends Champoins Korea.

Selain mendapatkan uang hadiah terbesar yang dimenangkan dari turnamen di LoL dengan total US$1,175 juta, dia juga didapuk sebagai salah satu pemain dengan bayaran tertinggi di seluruh belantika esports.

Sementara angka pasti gaji Faker tetap tidak terpublikasi secara pasti, mantan StarCrafft pro dari Korea Selatan Hong “Yellow” Jin-ho mengklaim bahwa Faker menghasilkan minimal sekitar US$2,6 juta per tahun.

Dalam laporan terpisah, juga diklaim bahwa Faker telah ditawari US$2,5 juta per tahun untuk bergabung kembali dengan SK Telecom T1 menyusul kemenangan ketiganya di kejuaraan dunia. Terlepas dari gaji dan kemenangannya di turnamen, Faker juga mendapatkan jutaan dollar dari sponsorship dan pendapatan streaming Twitch dia.

Dengan waralaba menghasilkan uang dalam skala besar di ajang liga esports di penjuru dunia, gaji pemain-pemain esports telah bersaing dengan mereka para atlet profesional.

Sebagai contoh, atlet di klub-klub Major League Soccer [MLS], mereka mendapatkan rata-rata gaji di kisaran US$316 ribu pada 2016, begitu klaim ESPN.

Meski gaji pemain-pemain esports masih kalah bila dibandingkan dengan pelaku NBA atau para bintang di sepakbola, mereka mulai menanjak ke arah sana. Ini adalah petanda bahwa industri esports telah berkembang hebat!