Di era saat ini, esports telah berubah menjadi industri besar yang begitu menjanjikan. Hal ini juga secara tidak langsung telah membuat bekerja di esports seakan-akan menjadi salah satu hal paling keren, menarik, dan menyenangkan untuk ditekuni, terutama bagi mereka yang senang dengan game.

Bekerja di esports saat ini begitu menggiurkan dan telah berhasil menarik banyak orang untuk masuk ke dalamnya berkat popularitas atlet yang sukses memenangkan hadiah uang jutaan dolar. Begitu juga dengan para streamer yang memiliki penghasilan tinggi serta popularitas, dua hal yang begitu didampakan banyak orang.

Namun jika Anda berpikir bahwa bekerja di esports akan secara otomatis menghadirkan ketenaran, kekayaan, dan memiliki gaya hidup mewah hanya dari bermain game dan bersenang-senang sepanjang hari, mungkin Anda harus berpikir kembali mengenai hal ini.

Tidak semua orang yang bekerja di esports bisa menjadi atlet besar, begitu juga dengan streamer. Jika semua orang bisa menjadi streamer sukses, lalu siapa yang mau hanya menjadi penonton?



Daftar 5 kesalah umum tentang bekerja di esports

Orang-orang yang bekerja di industri esports semuanya masih muda dan belum berpengalaman

Video game telah lama dikaitkan dengan anak-anak, tetapi dalam hal bekerja di esports, masih ada banyak ruang bagi mereka yang yang telah berumur akhir 20-an, 30-an, dan seterusnya. Ini adalah kesalahpahaman paling umum yang menyebut bahwa semua orang di industri ini adalah anak muda atau setidaknya baru lulus dari perguruan tinggi.

Bekerja di esports memerlukan beberapa tingkat kemampuan dalam hal manajemen dan kepemimpinan, seperti memberikan pelatihan, manajemen tim, pemasaran, dan event, di mana sangat membutuhkan tenaga profesional dengan pengalaman besar agar membuatnya menjadi sukses.

Contohnya adalah CEO Team Secret, John Yao, yang memilikiu latar belakang luas dalam konsultasi manajemen. Dalam sebuah wawancara dengan ONE Esports, ia menggambarkan bahwa CEO esports sebagai sosok yang berada di tengah dari demografi gamer, profesional, dan bisnis dari industri ini.

Dengan berkembangnya esports secara cepat, banyak eksekutif profesional senior yang terlibat dalam pekerjaan seperti manajemen esports, pengembangan game, dan masih banyak lagi untuk membuat industri ini bisa lebih berkelanjutan.

Bekerja di esports artinya bermain game sepanjang hari

Jika Anda seorang pemain profesional atau streamer, unggakan di atas mungkin benar. Namun hal ini merupakan salah satu kesalahpahaman utama mengenai orang yang bekerja di esports itu bisa bermain game sepanjang hari.

Banyak profesional esports sering disibukkan denga menulis, membuat dan mengedit konten, menganalisis, meninjau vod game, menyusun pemain untuk tim, atau mengelola event esports. Dalam melakukannya, tidak mungkin mereka bisa mengerjakannya sambil bermain game sepanjang hari.

League of Legends, LEC Summer 2021
Kredit: LoL Esports

Sebagai contoh, pengamat Valorant Nicolas “Yehty” Tesolin mengatakan kepada ONE Esports bahwa selama siaran Valorant Challengers Tour (VCT) yang berlangsung selama beberapa pekan, dirinya mengaku sama sekali tidak bisa bermain game karena jam kerja yang begitu panjang.

Ketika ia mendapatkan pekerjaan untuk terlibat dalam siaran, Yehty membagi dua waktunya antara bermain dan spectator, untuk dapat bereksperimen dengan sudut pandang dan perspektifnya.

Bekerja di esports
Screenshot by Mika Fabella/ONE Esports

Harus berada di level tertinggi setiap game kompetitif

Jika Anda seorang pemain profesional, hal ini merupakan salah satu deskripsi dari pekerjaan Anda yang harus dipenuhi, selain motivasi, mau terus belajar, dan memiliki attitude sebagai profesional.

Sementara bagi orang yang bekerja di balik layar seperti caster, analis, broadcasting, jurnalis, bahkan streamer, tentu saja hal ini tidak berlaku, meski harus paham dengan permainan pemain pro. Keterampilan bermain game di level profesional tidak selalu harus dimiliki oleh semua orang yang bekerja di esports.

Bekerja di esports production, broadcasting, working in esports
Kredit: Riot Games

Dengan wawasan dalam hal permainan yang bagus dapat menghadirkan potensi penayangan yang baik untuk disaksikkan banyak orang.

Sebagai salah satu contoh terbesarnya adalah Alodia Gosiengfiao dari Filipina. Ia sering melakukan streaming game Wild Rift dengan peringkat yang sangat tinggi, Emerald.

Kesuksesan Alodia di industri game tidak hanya datang dari streaming, tetapi ia juga meniti karier dalam banyak hal seperti menjadi seorang influencer, cosplayer, model, dan salah satu pemilik dari Tier One Entertainment.

Di level ini, Alodia tidak perlu harus menjadi Muhammad “Lemon” Ikhsan, Muhammad “Ryzen” Albi, Tyson “TenZ” Ngo, atau Lee “Faker” Sang-hyeok untuk bisa terkenal. Ada keterampilan lain yang juga diperlukan untuk menjaga ekosistem esports ini bisa tetap hidup.

Player wanita hanya bisa menjadi streamer

Belletron Era, Mobile Legends, UniPin Ladies Series
Kredit: Belletron Era

Banyak wanita yang bekerja di esports dan memiliki pekerjaan di depan kamera, seperti caster, hosting, dan streaming. Namun akan menjadi sebuah kesalahpahaman ketika berpikir bahwa hal tersebut adalah puncak dari apa yang bisa dilakukan oleh gamer wanita yang berkerja di esports.

Meski sejauh ini belum ada wanita yang bisa menjadi player terbaik di salah satu scene kompetitif game esports populer dunia, tetapi di balik layar ada banyak wanita yang memiliki pengaruh besar dalam penyiaran, operasi liga, public relation, pemasaran, jurnalisme, posisi manajemen, hingga eksekutif yang belum tentu bisa dilakukan oleh semua pria di indistri esports.

Saat ini, sudah banyak game populer di Indonesia yang menyelenggarakan scene esports khusus untuk pemain profesional wanita. Meski belum sebesar apa yang diharapkan, setidaknya mereka memiliki wadah untuk bersaing dan meniti karier, dengan tujuan memiliki event besar yang setara dengan lainnya.

Bekerja di esports adalah cara mudah menghasilkan banyak uang

Shroud, private jet
Kredit: Twitter

Salah satu kesalahpahaman terbesar soal bekerja di esports adalah dapat dengan mudah menghasilkan uang dalam jumlah yang tidak masuk akal.

Memang benar bahwa streamer seperti Shroud bisa menghabiskan banyak uang untuk menyewa jet pribadi hanya untuk menghadiri acara tepat waktu dan banyak atlet esports yang bisa membeli sports car di kehidupan kenyataan, tetapi orang-orang yang bisa mendapatkannya hanya satu persen teratas dari keseluruhan ekosistem esports.

Sama seperti di industri lainnya, seberapa banyak uang yang bisa Anda hasilkan dalam esports semuanya sangat bergantung kepada beberapa variabel, seperti jabatan, perusahaan tempat bekerja, etos kerja, dan cara Anda meniti karier di industri ini. Dan itu sama sekali tidak pernah mudah!

Industri esports bergerak sangat cepat, tidak peduli pekerjaan apa yang Anda geluti. Anda harus mengikuti perkembangan game, event, pemain, tim, statistik, dan banyak lagi. Ada banyak goals yang harus dapat dipenuhi, sama seperti Anda bekerja di sebuah perusahaan atau bahkan hanya sebagai freelance.

BACA JUGA: 5 karakter Mondstadt terbaik dalam bertempur