FFIM 2022 Fall telah memasuki rangkaian menuju babak play-ins usai babak quarter finals dan group finals telah selesai dilaksanakan pada Minggu, (2/10).
Dibandingkan FFML yang memang sudah diisi oleh para tim-tim esports tertentu yang telah mendaftar sebelumnya, FFIM lebih bersifat terbuka untuk semua tim komunitas. Namun, tidaklah mudah untuk menembus panggung impian semua pemain.
Jangan berharap dengan mendaftar lalu terdaftar, kalian bisa langsung berada di panggung impian. Ada serangkaian tahap yang perlu diikuti menuju ke sana. Dengan format dan tahapan yang tentu berbeda, ternyata FFIM memiliki level kesulitan yang lebih tinggi dibanding FFML.
- Bela EVOS Divine setiap musim, inilah alasan MR05 tidak pernah rehat
- EVOS Divine tak berkutik, begini resep juara SES Alfaink
Hal tersebut disampaikan oleh pelatih RRQ Kazu, Ady Gustiawan. Sebagai seorang pelatih yang sudah lama berkecimpung di scene kompetitif Free Fire, menurut Ady ada level kesulitan yang berbeda ketika semua tim bertarung di FFIM.
FFIM dinilai lebih sulit dibandingkan FFML? Ini jawaban RRQ Ady
Dalam sebuah sesi live melalui akun instagramnya, RRQ Ady mengungkapkan ada level kesulitan yang berbeda bagi setiap tim yang bertarung di FFIM. Baik itu dalam tahapan Group Qualifier, Play-Ins, atau bahkan ke babak Grand Final.
FFIM umumnya diikuti oleh berbagai kategori tim, mulai dari tim-tim FFML Divisi 1, FFML Divisi 2, bahkan untuk musim ini ada tambahan dari FFML Ladies. Tidak lupa, partisipasi dari tim-tim lainnya entah itu tim esports di luar FFML atau mungkin hanya tim komunitas.
Menurut Ady, pada saat Group Qualifier, tidak ada lagi pembedaan di antara semua tim seperti yang telah dijelaskan di atas. Baginya, proses ini sangatlah sulit karena hanya mencari satu tim saja dari masing-masing grup.
Tak jarang, ketika ada tim-tim ternama dari FFML Divisi 1 tidak tampil gemilang, para fans akan menilai jikalau mereka seperti tidak berniat main di FFIM usai kalah dari FFML. Tapi, menurut Ady proses pertarungan FFIM sangatlah sulit.
“Sebenarnya kalau bermain di FFIM Group Stage itu menurut saya memang sulit sih. Yang dicari cuma satu tim saja. Itu sulit, jadi bukan memandang tim-tim Divisi 1, Divisi 2 atau gimana ya semua tim bisa memiliki kesempatan,”
“Melihat tim-tim Divisi 1 yang kalah ketika turun ke FFIM Group Qualifier itu bukan hilang motivasi atau bagaimana tapi memang prosesnya sulit. Saya salut sih lihat tim komunitas seperti Hellcard, Depok yang tadi main bisa begitu bagus,” ucap Ady.
Akan tetapi, menurut Ady jikalau semua tim bisa melewati Group Qualifier mereka memiliki peluang 50 persen di babak Play-Ins untuk bisa menembus babak Grand Final.
“Nah misalnya semua tim sudah melewati tahap Group Qualifier, di babak Play-Ins itu menurut saya sedikit lebih mudah. Kenapa? Karena menurut saya jika semua tim bermain di babak Play-Ins, paling tidak mereka sudah mengantongi 50% peluang untuk bisa menang,”
“Semua tim memiliki peluang 50% untuk bisa ke babak Grand Final,” sambungnya.
Kunci daripada keberhasilan masing-masing tim menurut Ady ada di tangan para pelatih. Ada perbedaan strategi yang perlu dipahami oleh setiap pelatih dan juga pemain ketika menjalani proses turnamen liga, dan juga one-day.
“Kembali ke strategi lagi sih intinya ya, ada strategi yang memang bisa dipakai di liga, ada strategi yang harus di pakai ketika tim menjalani turnamen one-day seperti FFIM ini,” pungkasnya.
Jangan lupa saksikan keseruan pertarungan para tim idola kalian di FFIM 2022 Fall Play-Ins dan FFIM 2022 Grand Final ya, Survivors.
BACA JUGA : Jars tinggalkan RRQ Kazu, inactive atau dijual?