Hype esports Free Fire merupakan salah satu unsur penting yang menjadi tolak ukur keberhasilan scene kompetitif Free Fire dari waktu ke waktu.
Hype atau kemeriahan, keseruan merupakan tolak ukur penting yang sangat berpengaruh dari ekosistem scene kompetitif itu sendiri. Mulai dari antusiasme para penggemar, sengitnya atmosfir perjuangan para peserta hingga ramainya pembahasan di jagad sosial media.
Walau dapat dikatakan Hype esports Free Fire kerap menghadapi tantangan di setiap tahunnya, Garena selaku panitia penyelenggara tetap berusaha untuk menjaga antusiasme komunitas dan para penggemar scene kompetitif Free Fire tetap menyala.
- Jelang FFML Season 7 beberapa tim malah membubarkan diri, ada apa?
- Format FFML baru terungkap, nasib Divisi 2 bagaimana?
Dari waktu ke waktu, sejak tahun 2018 Garena sudah mencoba untuk membangun eksistensi dan hype esports Free Fire dari nol hingga sampai sekarang ini.
Dalam jangka waktu 3 tahun, format ataupun sistem scene kompetitif yang telah dibangun oleh Garena sudah perlu dievaluasi kembali.
Hal itu mendapat sorotan tajam dari pelatih AURA Esports, Riza Setiawan yang membahas mengenai Hype esports Free Fire bersama caster kondang, Adji Sven.
Hype esports Free Fire dinilai menurun, sinergitas antara pelaku esports dengan content creator perlu diperbaiki
Dalam pembahasannya bersama dengan Adji Sven, Riza menilai ada dua unsur penting yang tampaknya perlu diperbaiki oleh Garena di tahun 2023.
Pertama, menurut Riza para pelaku esports perlu meningkatkan hubungan dengan KOL/Content Creator. Hal tersebut dinilai penting, mengingat, para penggemar Free Fire juga berasal dari KOL/Content Creator.
“Menurut saya mungkin sudah banyak yang tahu ini, mulai dari viewership turnamen turun. Hypenya turun, begitu. Saya bedah dari segi viewer dan active user, disclaimer, saya tidak bermaksud sok tahu, ini opini saya saja,”
“Dari segi viewer, kita bisa lihat menurut saya di sini ada kekurangan keterlibatan pelaku esports dengan content creator,” ucap Riza.
Lebih jauh, ia melihat jika pelaku esports begitu pasif dan juga content creator yang tidak begitu terlihat menghidupkan scene esports.
“Yang saya lihat, para pelaku esports ini, bisa dilihat pakai jari yang mau entertain. Palingan cuma para pemain EVOS saja yang demikian. Yang lain tidak terlihat mengumpulkan para penggemar mereka di YouTube atau di mana,”
“Lalu para Content Creator, sangat sedikit sekali dari mereka yang mau ‘menggoreng’/membahas terkait scene kompetitif/esports Free Fire itu sendiri,” sambungnya.
Garena selaku panitia tampaknya perlu memperhatikan kedua hal di atas, menurut Riza, jika kedua unsur tersebut pasif, maka hype esports Free Fire akan tertinggal jauh. Ia kemudian membandingkan game lain yang lebih terlihat ‘hidup’ atau ramai.
“Sangat sedikit sekali, kalau dibandingkan dengan viewer top liga sekarang Mobile Legends. Kalau kita bisa berkaca dari sana, para content creator ketika scene esportsnya mulai mereka turut andil dalam menggoreng scene esportsnya,”
“Jika tidak demikian, saya bisa lihat kalau nantinya viewer akan semakin menurun. Para content creator dan para pelaku esports harus berkolaborasi,” tuturnya.
Riza menilai jika scene esports mengalami peningkatan, tentu para pelaku esports dan content creator juga akan mendapatkan dampak positifnya.
“Kalau misalnya hype esports Free Fire ini meningkat, tentunya akan mempengaruhi konten para pelaku esports dan content creator juga,”
“Itu yang menurut saya di tahun 2023 harapan saya Garena bisa memecahkan solusi dari masalah pelaku esports dan juga para content creator untuk menghidupkan masa jaya Free Fire. Apa sih yang menjadi tembok antara mereka, begitu, harus dipecahkan,” pungkasnya.
Sinergitas antara pelaku esports (para pemain) dan content creator menurut Riza menjadi salah satu PR atau tantangan penting yang perlu diperbaiki oleh Garena.
BACA JUGA : FFML Season 7 segera dimulai dengan format baru!