Komunitas Free Fire tertua di Indonesia bubar tengah ramai dibicarakan berbagai kalangan di scene Free Fire saat ini. Baik itu para penggemar, pegiat, hingga para pelatih tim FFML serta Bang Fayad selaku pegiat komunitas yang cukup senior.
Pertemuan mereka di EVOS ITF, Fatmawati, Selasa (6/9) malam kemudian bermuara pada diskusi bersama Community Manager Garena, Adrian “Elhaya” beserta beberapa perwakilan komunitas Free Fire di Indonesia sebagai panelis.
Beberapa perwakilan Komunitas Free Fire yang hadir terdiri atas beberapa daerah, mulai dari daerah Tangerang, Jepara, Kalimantan Timur, serta beberapa pelatih FFML seperti Fuddin MS (RBL), Manay (EVOS) dan hadir juga berbagai caster yang masih menjadi pengurus komunitas seperti Arman (Yogyakarta), serta Bigan DGTR (Bali).
- Pelatih FFML berkumpul, Bang Fayad spill tipis-tipis penyebabnya
- Penilaian SAM13 soal debut Rasyah bersama EVOS Divine di FFML S6 Divisi 1
Ramai isu bubarnya Komunitas Free Fire tertua di Indonesia, Elhaya turut memberikan tanggapan
Diketahui, dalam beberapa hari terakhir muncul pemberitaan jika Komunitas Free Fire di Indonesia seperti Komunitas FF Jakarta hingga Komunitas FF Garut sebagai Komunitas Tertua (sejak 2018) dibubarkan oleh pengurusnya dan hal tersebut mencuat ke permukaan termasuk ke para pelatih FFML hingga Bang Fayad sebagai orang-orang yang dulunya adalah pengurus komunitas.
Menjawab kegelisahan publik atas hal tersebut, mewakili Garena, Elhaya mengadakan diskusi bersama dengan Adji Sven (Moderator) dan beberapa panelis yang sudah disebutkan di atas.
Membahas mengenai panasnya isu bubar, para pengurus komunitas menjelaskan krisis regenerasi yang ada menjadi masalah. Karena kesibukan lain beberapa dari mereka pun tidak lagi aktif untuk menggelar berbagai kegiatan komunitas.
Elhaya bisa menerima alasan tersebut, namun, atas pemantauannya dalam beberapa waktu ke beberapa daerah, ia menilai komunitas masih cukup hidup di sana. Isu panas bubarnya komunitas Free Fire diharapkan olehnya untuk tidak dijadikan sebagai drama atas kepentingan pribadi, namun harus didasarkan keputusan bersama.
“Bubar atau tidaknya sebuah komunitas itu hak masing-masing, namun saya tidak suka jika ‘matinya’ komunitas digoreng menjadi drama yang kemudian mengecilkan teman-teman lainnya,” ucap Elhaya.
Minimnya kehadiran event komunitas dari Garena tak luput menjadi pemicu bubarnya komunitas. Perasaan ‘tertinggal’ atau ‘diabaikan’ perlahan menjadi mindset buruk yang menggerogoti semangat pengurus.
Elhaya kemudian meresponi hal tersebut dengan menjawab Garena selalu berusaha untuk bisa hadir ke berbagai komunitas Free Fire di mana pun. Namun, terlepas dari berbagai keterbatasan yang ada, ia berharap para pengurus bisa memahami.
“Keterbatasan (sumber daya manusia dan waktu) pasti ada, tapi kami (Garena) tetap berusaha sebaik mungkin untuk menjangkau semua komunitas Free Fire di mana pun,” pungkasnya.
Pembahasan kemudian berlanjut ke berbagai curahan hati (curhat) para pengurus yang hadir serta tanggapan berbagai panelis lainnya. Semoga teman-teman komunitas di daerah lainnya selalu menjaga kesolidan dan kebersamaan membangun Free Fire Indonesia.
BACA JUGA : Pemeran utama ‘Mencuri Raden Saleh’ ini ternyata penggemar Free Fire