Gim-gim seperti PlayerUnknown’s Battlegrounds, Fortnite dan Apex Legends mudah saja ditinggalkan oleh para penikmatnya setelah memainkannya selama bertahun-tahun atau bahkan hanya beberapa bulan. Karena kita hanya berbicara perihal gim.

Meski gim-gim bergenre battle royale dengan 100 pemain di atas masih terhitung baru, masih sangat kompetitif untuk dimainkan.

Namun, tak banyak yang tahu bagaimana rekrutmen yang dilakukan tim dalam organisasi esports seperti Team Liquid, Cloud 9 dan Gen.G dalam merekrut para pemain.

Apex Legends, ekspansi Respawn pada serial Titanfall, misalnya. Dirilis 4 Februari lalu, para tim telah merekrut sejumlah pemain di awal Maret.

Lantas, bagaimana organisasi memutuskan untuk merekrut para pemain terhadap gim-gim yang tergolong baru, sedang beberapa di antaranya belum pernah mengikuti turnamen atau permainan kompetitif?

Apex Legends merupakan gim terbaru yang langsung mendapatkan popularitas melesat

Ken Serra, kepala komunitas dan keterlibatan untuk Team Liquid, menyatakan, keputusan yang dibuat lebih dari sekadar esports.

“mengukur kesuksesan adalah yang berkesinambungan,” ujar Serra.

“Jika para pemain kami gagal dalam banyak turnamen, kami akan menanyakan beberapa pertanyaan: Apakah mereka meningkatkan tim ini? Apakah posisi mereka meningkat dari waktu ke waktu? Apakah mereka membangun sebuah komunitas? Apakah mereka melakukukan streaming? Apakah mereka memikat sponsor? Kami menanyakan banyak pertanyaan seperti ini ketika merekrut sejumlah pemain,” jelasnya.

Karakter dari genre battle royale telah mengubah cara tim memandang proses rekrutmen. Sebab, kesuksesan juga akan meningkatkan merek tim. Tapi beberapa hal juga bisa berbeda antar-organisasi, tapi sebagian besar mengikuti apa yang direncakan oleh para pengembang seperti Epic Games, Respawn dan Treyarch untuk genre battle royale.

“Gim battle royale sangat unik bagi kami. Anda memiliki 100 pemain, 60 untuk Apex, turun ke zona dan saling membunuh satu sama lain,” papar Serra.

“Anda hanya akan mendapatkan segelintir pemenang dalam turnamen dan sirkuit tertentu. Jika beberapa tim top mendatangkan seluruh pemain top yang mendapatkan penempatan terbaik di turnamen, apakah masih ada yang tersisa? Apakah sebuah tim akan mendapatkan segalanya dari perekrutan seseorang yang mungkin tidak berada di penempatan terbaik?” tanya Serra.

Dengan keberagaman genre battle royale dan gim-gim seperti Fortnite masih memperoleh jutaan viewers di Twitch, jawabannya jelas ya. Tidak peduli Anda terlihat seperti apa. Streaming akan tetap menjadi raja, dan gim yang paling dominan di Twitch adalah battle royale.

Epic Games mendorong daya saing yang ramah di Fortnite. Artinya, para pemain yang datang via undangan mereka adalah orang-orang dengan kepribadian besar dibandingkan mereka sebagai kompetitor tangguh.

Di sisi lain, PlayerUnknown’s Battleground, sudah memupuk komunitas tangguh dengan turnamen esport-sentris yang dihelat di seluruh dunia. Hanya pemain dan tim terbaik yang bisa mencuat.

“Jika Anda ingin menjadi pro di Fortnite, Anda harus membangun sebuah merek. Epic mengedepankan fokus untuk menjadi seorang influencer dan memiliki pengikut,” ujar manajer tim Apex Cloud9, Krissi Waters.

“PUBG dan Apex Legends untuk masalah itu, lebih kepada tentang kompetisi, jadi Anda harus menjadi pemain yang kuat dan memiliki merek yang bagus,” kata dia.

Di samping memiliki skill di gim tertentu, salah satu hal terbesar yang para calon pemain pro benar-benar perlukan adalah melakukan streaming.

Ini adalah salah satu cara terbaik untuk membesarkan nama Anda dan cara yang paling memungkinkan untuk mendapatkan perhatian dari tim-tim top.