Indonesia dikenal luas sebagai salah satu negara penghasil atlet-atlet game simulasi sepak bola, terutama eFootball Pro Evolution Soccer (PES) 2020. Hal ini sudah dibuktikan dengan rentetan prestasi anak-anak bangsa di turnamen-turnamen internasional, termasuk kejuaraan dunia.
Di scene PES, atlet-atlet Indonesia sudah bisa berbicara banyak dengan menembus final PES League World Finals 2019 di London, Inggris, di kategori Co-op dan semifinal kategori 1v1.
Namun, para pemain PES dan FIFA Indonesia seakan terpinggirkan di negara sendiri karena tidak memiliki kompetisi yang teratur dan berjenjang di dalam negeri, hingga beberapa di antara mereka kini bermain bersama tim-tim di luar negeri, termasuk Rizky Faidan yang baru saja bergabung dengan tim Thailand, Buriram United Esports beberapa waktu lalu.
Meski terdengar indah karena ada banyak pemain Indonesia yang bermain bersama tim luar negeri, tetapi hal ini terjadi karena mereka tidak akan bisa berkembang jika terus berada di dalam negeri.
- Pemain PES terbaik Indonesia resmi gabung tim esports Thailand
- Selain FIFA 20, IGL Big League Season 2 juga akan ikut pertandingkan PES 2020
Kendala yang dihadapi dalam menggelar turnamen yang terstruktur rapih, berjenjang, dan profesional di Indonesia sedikit banyak disebabkan oleh tidak adanya lisensi yang dimiliki Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan klub-klub yang bernaung di bawah mereka kepada para developer game, yaitu Electronic Arts Sports (EA Sports, developer FIFA) dan Konami (PES).
Padahal mereka sempat mengeluarkan wacana akan menggelar turnamen Liga 1 Esports yang akan diikuti oleh tim-tim esports yang berada di bawah naungan klub-klub Liga 1.
Dalam hal ini, Konami sebenarnya cukup terbuka jika tim-tim sepak bola Indonesia, terutama dari Liga 1, untuk bisa memberikan lisensi dan menghadirkan klub-klub mereka ke dalam game, jika memang adanya permintaan yang masuk. Terlebih Indonesia merupakan salah satu pasar terbesar mereka.
Bahkan dengan hadirnya lisensi ini, klub-klub tersebut akan mendapatkan keuntungan berupa pemasukkan dari Konami sebagai royalti serta exposure. Namun, sejauh ini tampaknya hal tersebut belum mulai dipikirkan.
Kondisi ini membuat Ketua Umum Indonesia Gaming League (IGL), Frans Silalahi, berharap PSSI dan klub-klub sepak bola Indonesia untuk sesegera mungkin memikirkan hal ini, demi kebaikan klub, sepak bola Indonesia, dan perkembangan esports Indonesia di nomor FIFA dan PES.
“Mungkin untuk FIFA masih cukup sulit karena EA Sports sepertinya masih belum fokus ke Asia, tetapi berbeda dengan Konami. Mereka sebenarnya cukup terbuka jika klub-klub Indonesia mau mendapatkan lisensi dari mereka,” ucap Frans kepada ONE Esports di sela-sela peresmian IGL Big League Season 2 di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (16/1/2020).
“Jadi saya sangat berharap mereka (klub-klub sepak bola Indonesia) segera mulai duduk bersama untuk membicarakan hal ini, terlebih mereka akan dibayar oleh Konami,” tuturnya.
BACA JUGA: COD: Mobile menjadi game terbaik Google Play 2019