Setiap kali AoV Pro League, liga kasta tertinggi Thailand dimulai, kita selalu menyaksikan kemunculan bintang baru yang melukis arena pertarungan, seperti halnya Talon Esports yang menampilkan MOOP, pemain muda yang baru memulai debutnya di Pro League dan mampu memainkan peran penting hingga bisa membawa tim berjuluk Red Hawk membuat sejarah sebagai tim Thailand pertama yang memenangkan gelar dunia Arena of Valor World Cup 2021 (AWC).
Di AoV Pro League 2021 Winter yang baru saja dimulai, juga ada tim dan pemain baru yang juga menciptakan warna menarik, ia adalah Keng Wittawat “Kaito” Photisen, pemain King of Gamers Club (KOG) berusia 19 tahun.
Selain memiliki keterampilan bermain yang tidak biasa, perjalanan hidupnya juga mengagumkan. Di sisi lain kehidupan, dia adalah seorang petarung sejati dengan julukan “Kengkaj Petchrungrueng” dan pernah berduel di ring besar Stadion Ratchadamnoen .
Bocah kelas 6 SD dan kehidupan seorang petarung
Muay Thai adalah olahraga nomor satu di Thailand. Popularitas Muay Thai dari dulu hingga sekarang masih menarik minat orang asing, bahkan tak jarang yang berlanjut ke pelatihan serius. Di sisi lain, Muay Thai juga telah menarik minat banyak anak untuk memasuki jalur bela diri yang menggunakan tinju, lutut, dan siku mereka untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan.
Pemain AoV dengan IGN Kaito juga merupakan salah satu orang yang sangat menyukai seni bela diri Muay Thai. Setelah keluarganya pindah dari Nong Khai ke Pattaya, rumah mereka bersebelahan dengan boxing camp dan membuat ia tertarik untuk serius menjadi petarung profesional di usia 12 tahun.
“Itu dimulai ketika saya masih di kelas 6,” Kaito mengenang awal kariernya.
“Saya punya teman yang membuka kamp Muay Thai di rumahnya. Awalnya saya hanya mencoba untuk sekedar barmain-main saja, tetapi ketika saya berlatih dan berlatih, hati saya mengatakan bahwa saya bisa bertarung.”
“Saat itu, saya hanya ingin mencobanya karena menyenangkan melihat teman-teman saya bertarung dan saya pikir saya harus bertarung juga. Saya ingin mencobanya sekali dan saya tidak takut terluka. Orang tua saya juga ingin saya menempuh jalan petarung.”
- Inilah 8 game esports Asian Games 2022 – Dota 2, AOV, dan PUBGM masuk daftar
- Map AoV 4.0 bawa sistem siang-malam mirip Dota 2
Dilema pilihan karier
Kembali di masa kecilnya, Kaito suka bermain game seperti anak normal lainnya. Dia seorang pemain MOBA yang rajin dan AoV adalah game favoritnya. Ia memulai jalan baru di dunia game dengan IGN Kaito, versi Jepang dari nama aslinya.
“Ketika saya berkarier di dunia Muay Thai, AoV baru datang, jadi saya hanya sekedar bermain dengan teman-teman saja. Saya sudah bermain MOBA seperti HoN sejak saya masih kecil. Tapi itu tidak serius, karena saya lebih fokus pada tinju dan hanya bermain game di waktu luang saja.”
“Saya pernah mencoba untuk trial di tim AoV,” lanjut Keng. “Saat itu hanya bermain rank biasa. Tetapi seseorang mengundang saya untuk membuat tim, jadi saya mencoba bertarung di turnamen kecil dan saya masih tidak berniat menjadi pemain pro.”
Namun, pandangan keluarga keng terhadap game ini tidak berbeda dengan masyarakat umum yang belum banyak menerima atau memahami esports. Keluarganya tidak setuju jika Keng memilih game sebagai karier.
Melepas sarung tangan dan pindah ke arena MOBA
Seperti yang kalian ketahui, situasi wabah COVID-19 menyebabkan semua olahraga terganggu, termasuk Muay Thai. Namun itu memungkinkan Kaito untuk mencurahkan banyak waktu untuk game.
“Pandemi Covid-19 menjadi titik balik saya. Pemimpin kamp mengatakan bahwa program pelatihan dibatalkan karena pandemi coronavirus. Jadi saya lebih serius ke game.”
Sejak saat itu dia lebih mendedikasikan diri pada game. Keseriusannya membuahkan hasil saat ia mendapat undangan dari Nestino, pemain yang mengajaknya masuk ke pentas Pro League di bawah bendera King of Gamers Club, mantan juara AoV Pro League Season 3.
“Mimpi utama para pemain AoV adalah bermain di Pro League. Begitu juga dengan saya. Tapi sebelum masuk Pro League, saya berbicara dengan orang tua saya. Mengingat Covid juga berdampak pada Muay Thai, mereka setuju dengan pilihan ini.”
Pada akhirnya, ia melangkah ke industri e-sports sepenuhnya. Alasannya bukan uang, tapi untuk bermain di Pro League yang merupakan impiannya.
“Selama tidak ada covid saya menerima pemasukan kurang lebih 20.000-25.000 baht per pertarungan. Memilih untuk beralih ke game adalah keputusan yang sulit. Tapi itu adalah kesempatan yang memberi saya peluang untuk menggapai mimpi bersaing di Pro League.”
Dari Kengkaj Phetrungruang jadi Kaito
Setelah menjadi bagian dari tim King of Gamers Club, Kaito semakin fokus mencurahkan waktunya untuk AoV. Di AoV Pro League 2021 Winter yang menghadirkan persaingan berintensitas tinggi, seluruh peserta dituntut untuk terus berkembang, begitu juga dengan King of Gamers Club.
Meski menjadi pendatang baru di musim ini, mereka semua sudah siap bertarung. Bahkan jika tim tidak memenuhi target, Kaito akan terus berjuang di jalan ini, dan siap untuk mengubah kekecewaan menjadi pelajaran berharga.
“Saya menargetkan tim untuk berada di empat besar liga karena kami baru. Tetapi jika tidak bisa melakukannya, saya harus berkembang lebih banyak dan mengevaluasi cara kami bermain, sebelum kembali bersaing di Pro League.”
“KIni adalah jalan pilihan saya sendiri, saya tidak peduli dengan hasilnya, yang terpenting adalah melakukan yang terbaik.”
Kehidupan dan pertempuran sudah tidak asing lagi bagi Keng. Dia pernah memilih untuk menjadi petarung di jalur petinju profesional, sebelum akhirnya beralih ke esports yang juga membutuhkan usaha dan semangat pantang menyerah. Bisa dibilang Kaito adalah salah satu pemain profesional dengan darah petarung paling kental.
Kini dia siap untuk melanjutkan pertarungannya di dunia AoV. Dia tidak akan segan-segan untuk melumpuhkan lawan.
“Jika saya membandingkan diri saya dengan hero AoV, itu pastinya Florentino. ia adalah pekerja keras yang tangguh dan kuat,” pungkas Keng.
BACA JUGA: Daftar juara AWC (AOV World Cup)